Beberapa saat kemudian ibu keluar. Tersenyum lalu bercakap-cakap sebentar dengan si Dar, tetangga kami tersebut.
Kembang kenanga di halaman kami memang sering dimintai tetangga. Untuk memandikan bayi saat manisan, mandi calon pengantin, memandikan orang mati, juga nyekar ke kuburan.
Lengkap fungsinya!
Karena tahu sering dicari orang, ibuku senang merawat kembang kenanga yang satu-satunya itu. Saat pagi setelah menyapu halaman, ibu suka membuangi ulat dan daun busuk yang mengganggu.
Aku juga senang dengan kembang kenanga itu. Aku suka meremasnya di tangan dan mencium wanginya.
Menyenangkan…
Mas Fajar juga suka memetik dan menyelipkan bunga kekuningan itu di telingaku saat ngapel. Dan Rehan, adikku, sering memetiki si kembang kenanga untuk dijadikan pasaran bersama sepupu-sepupunya.
Sungguh bunga yang unik dan penuh kenangan.
Kini aku mencoba menanam kembang kenanga baru di halaman rumah baruku di kota baruku ini. Semoga nantinya bisa mengakrabkanku dengan para tetangga disini atau menjadi bunga favorit anak-anakku kelak.
Dan menjadi bunga pengingat dari semua kenangan baik yang almarhumah ibuku berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar