Pukul 06:30 Sutono sudah siap menunggu bis di depan
rumahnya. Ia masih ingat semalam ia menunggu lama di bengkel tapi motornya
belum beres.
5, 10, 15 menit Sutono menunggu dan bis baru datang. Sutono
menggerutu.
Di dalam bis yang penuh oleh anak sekolah dan perempuan PT
itu ia tidak dapat tempat duduk. Ia menunggu setengah jam hingga semua anak
sekolah turun untuk dapat tempat duduk disamping seorang bakul wedus. Sutono menggerutu lagi.
Ia sampai kantor jam pukul 07:30. Menunggu hingga pukul
08:10 untuk melihat semua rekan kerjanya datang. Sutono mengejek mereka siput.
Sutono harus menunggu Lina memfotokopikan laporannya. Juga
menunggu Parjo membuatkannya kopi. Lagi-lagi Sutono mengutuk mereka lelet.
Kemudian, Sutono harus menunggu bosnya untuk menyerahkan
laporan. Setelahnya ia menunggu tanda tangan si bos yang justru sibuk
bertelepon. Sutono kesal.
Selanjutnya Sutono disuruh pergi ke bank. Ia mengantri
dengan bersungut-sungut. Kembali ke kantor dengan raut kusut.
Sutono menunggu jam makan siang dengan gusar. Menunggu jam pulang
dengan gelisah. Ia selalu tidak sabaran.
Pulangnya ia jengah membayangkan harus berdesakan di bis
lagi. Ia begitu lelah, berjalan tanpa arah.
Sutono menemukan sebuah bangunan berkubah di jantung
Purbalingga. Ia masuk. Tak perlu menunggu, apalagi mengantri.
Sutono sejuk. Ia nikmati sujudnya yang ia perlama.
Wow Amazing ceritanya, ingin sekali seperti pak topo yg mendapatkan kesejukan tanpa antri - amin :)
BalasHapusamiin. :)
BalasHapuskesejukan bisa didapatkan siapa saja yg mau meringankan hati dan kakinya mendekat ke Sang Pemilik.