Banyak orang bau mulutnya busuk Entah karena makanan yang ditelan terburu Atau akal dan perkataan yang tak pernah dicuci Mencabik dan menyakiti Seperti ratu yang memakan temannya sendiri
Itu tak lebih baik dari perempuan yang tergelak Tapi hatinya batu dan luka Yang malu berair mata Tapi tak takut melawan ibunya Tak sungkan menghina, apa saja
Irfan memasuki ruang dingin itu. “Gila! Ruang tunggu buat orang sakit harusnya nggak sedingin ini,” rutuknya sambil memasukkan tangannya ke saku jaket.
Dari tempatnya duduk, Irfan mengitarkan pandang. Rumah sakit masih lengang, dokter saja belum datang. “Huh!”
Namun, Irfan menangkap mata seseorang yang dikenalnya, baru masuk. Ia tercekat.
Jendela berteralis, di pandangku langit jadi bergaris Gerimis jatuh juga, untung saja bukan di mata Semua yang hidup punya batas Yang terbungkam kini ingin bicara