Senin, 07 Februari 2011

Coklat, Permen, dan Es Krim


Coklat, permen, dan es krim. Apa yang ada di bayanganmu saat menyebut tiga nama itu? Hmm, sebuah rasa manis yang menggelitik!

Coklat, permen, dan es krim. Aku tidak akan membahas asal muasal atau komposisi yang menjadikan mereka enak dan manis, tapi aku akan bercerita tentang kenangan-kenangan rasa coklat, permen, dan es krimku. Ya, kenangan rasa coklat,permen, dan es krim: manis, pahit, segar, ajaib, dan tak terlupakan!

*****

Coklat. Hei, Utari Dewayani! Masih ingat, dulu hampir setiap berangkat sekolah kita mampir beli coklat-coklat kecil seratus rupiahan di warung? Coklat yang katamu lebih seperti permen itu kita makan sambil mengomentari apa pun yang kita temui di jalan; cewek berdandanan aneh, cowok cakep tapi norak, kucing lewat. Tak terasa saat sampai di sekolah, dari 10 coklat yang masing-masing kita beli, paling tinggal setengahnya. Dan hei, Pucenk! Kamu yang biasanya akan lansung “merampok” sisa coklatku itu di kelas.

Coklat. Masih tentang coklat. Coklat itu makanan cinta---kata orang. Kalau benar begitu, hei, Mas Kasad Dwi Nugroho, kamu telah memilih makanan yang tepat untukku, untuk cinta kita. Aku lupa kapan tepatnya Mas ngasih aku coklat pertama kali, tapi sampai sekarang coklat tetap menjadi senjata ampuh melulukanku bagimu---dan selalu menjadi hadiah menyenangkan bagiku. Dulu, waktu Panggih, adikku, belum mengerti enaknya coklat, coklat darimu selalu habis aku nikmati sendiri sedikit demi sedikir, tapi sekarang Panggih pun sudah ketularang doyan coklat dan…ya sebagai kakak yang baik aku pun harus berbaik hati membaginya dengan Panggih yang belum juga berhasil Mas dekati itu. Ssttt, sepertinya Panggih butuh lebih banyak “sogokan” coklat yang Mas kasih langsung!

Coklat untuk kenangan yang memikat.

*****

Permen. Saat masih di SMK, benda manis itu menjadi salah satu benda wajib yang ada di sakuku---mungkin juga di saku teman-teman kelasku yang lain. Bagiku dan teman-teman, permen adalah P3N (Pertolongan Pertama Pada Ngantuk). Saat bulan-bulan mendekati UAN kala itu, kami harus rela tiap hari pulang sore mengikuti jam pelajaran tambahan, memaksa tetap konsen dan…menahan kantuk. Dan di situlah kerap terjadi bagi-bagi permen, minta-minta permen, lempar-lemparan permen, sampai rampok-rampokan permen.

Hei, Enggar, juragan permen TKJ tercinta! Aku minta permen paling asyeeemm pembuat merem melek yang dulu sering kamu bawa itu lagi, ya!

Permen, untuk pertemanan yang unik.

Tahu permen Kiss yang katanya “bisa ngomong” itu, kan? Sebagian orang mungkin juga punya kenangan lucu dengan permen “cerewet” itu. Hei, Mas Kasadku lagi! Dulu Mas pernah ngasih permen merah manis itu dengan tulisan “Maafin, ya” saat Mas telat lamaaa menjemputku dan aku cuma manyun.

Kalau aku sendiri sebenarnya lebih suka permen-permen yang kenyal seperti Yupi dan Sugus. Oh ya, Mas Kasad! Mas juga ingat kan dulu aku pernah ngasih Mas lima permen Yupi berbentuk hati warna-warni yang masing-masing aku kasih arti: suka, cinta, sayang, maaf, dan terima kasih. Terus waktu itu Mas ngasih aku permen yang artinya “sayang”---aku lupa yang warna apa---dan Mas sendiri makan yang artinya “cinta”. Uch, co cweet!

*****

Es krim. Aku mau memulai cerita tentang es krim dengan menyebut satu nama: Helivia Elvandari. Hey, my most culunest friend ever! Lun---Culun---akan selalu jadi “panggilan sayang” kita meski kita bukan dua cewek SMP culun lagi, kan? Kita sekarang adalah dua cewek manis yang bersahabat seperti karet. Lun, kamu ingat, dulu jaman kita kelas VIII SMP, kalau kita lagi “kelebihan uang jajan”, dan pas pulang gasik, kita suka beli es krim dua ribuan di warung dekat pasar dan memakannya di belakang parkiran sepeda. Kadang kalau masih malas pulang, kita juga beli siomay dan krupuk, makan bareng kaya’ orang pacaran. Entah apa yang ada di fikiran Pak Penjaga Sekolah yang sering memergoki kita mojok di parkiran sepeda itu. Weird! But, it’s funny to remember!

Minggu kemarin, kita juga makan es krim bareng lagi, tetap di parkiran sepeda, tapi tanpa seragam SMP. “Lun, tempat ini jadi kelihatan lebih kecil dan pendek, ya?”, katamu mengomentari pembatas parkiran yang dari dulu sering kita duduki. “Kita yang tambah gedhe, Lun!”, jawabku. Ya, memang telah bertambah besar dan dewasa, tapi es krim, parkiran SMP, dan persahabatan kita akan terus mengalirkan cerita. Ya kan, Lun?

Es krim, untuk persahabatan yang ajaib.

Lagi-lagi Mas Kasad, kamu juga ada dalam cerita es krimku. Kamu, alun-alun, dan es krim adalah paduan yang melumerkan hatiku. Membuat semua gundahku menguap. Membuat hanya manis dan lembut segar yang ingin kukecap.

Es krim, juga untuk cinta dan kasih sayang yang manis segar.

*****

Coklat, permen, dan es krim. Mewakiliku untuk mengatakan bahwa kehidupan sehari-hari, pertemanan, persahabatan, dan cinta itu indah. Kombinasi berbagai rasa manis, pahit, segar yang kita kecap berganti-ganti. Coklat, permen, dan es krim, beri aku lebih banyak cerita, cinta, dan inspirasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar