Bukankah hanya jadi tambah gaduh
Meskipun diam, hati kita saling tuduh
Lalu kenapa kita mengunci mulut jika ingin dimengerti?
Aku tak bisa meramal, apalagi bersikap malaikat
Kaulah tua, sudah dipercaya
Menyimpan lelah, berkeras menutup alpha
Kadang meledak juga
Seperti matahari runtuh di kepala
Kelihatannya benar-benar saja
Tapi kadang luput juga perasaan kami
Kamilah muda, masih egois dan sesukanya
Ingin makan, tendang piring
Ingin tidur, peluk kasur
Kalau senang, tertawa-tawa
Meski saat sedih akhirnya...
Kami tetap ingin rengkuhan pelipur, bagaimanapun
Kami tetap ingin rengkuhan pelipur, bagaimanapun
Kami telah rela disayang, dibentak, dibandingkan
Kami selalu rindu pulang
Duhailah, ibu-bapak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar