Kamis, 28 Juni 2012

Kotak Televisi

“Pernikahan mereka memang terkesan terlalu cepat. Bahkan sempat muncul gosip itu karena Rissa sudah berbadan dua. Menanggapi itu, Raihan meminta masyarakat melihat kebenarannya saja nanti.”

“Ya lihat saja nanti, perut Rissa akan cepat mblendung apa nggak. Saya menikahinya karena ibadah dan saya yakin ia yang terbaik buat saya. Itu saja.”

Narasi host infotainment yang cantik dan komentar Raihan yang berpeci putih bergantian muncul di televisi. Gambar-gambar pernikahan aktor laga itu disajikan indah.

Tapi Indah justru mendung. Hati perempuan itu masih hancur.

Di depan televisi ia meremas tangannya, menahan air mata saat seorang wartawan tabloid mewancarainya.

“Saya bukannya tidak rela dengan pernikahan itu. Bukan. Tapi tolong jangan fitnah saya terus. Dibilang saya menjelek-jelekkan Raissa di jejaring sosial, dibilang saya mengancam Raihan. Tidak, itu semua tidak benar. Bahkan akun Twitter saya sudah saya tutup sejak dua bulan lalu,” urainya pada si wartawan perempuan yang terlihat bersimpati.

Ya, dua bulan lalu. Waktu dimana Raihan memutuskan Indah secara sepihak, lewat telepon.

Saat itu bahkan pria yang sudah memacarinya selama dua tahun itu sedang berada di Malaysia untuk promo film. Ia menelepon jauh-jauh hanya untuk mengatakan hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan.

Indah tak percaya. Bagaimana mungkin Raihan yang bahkan masih sempat memeluknya di bandara sebelum pergi bisa memutuskan sepahit itu.

Indah sadar belakangan memang hubungan mereka tengah diuji. Film Raihan yang meledak, kepopuleran yang mendadak, wanita-wanita cantik yang mendekat, dan fans yang tak terima Raihan berpacaran dengan Indah, janda berputri kecil.

Indah juga sadar begitulah dunia keartisan, amat rentan godaan. Ia yang sempat mencicipi akting FTV juga merasakan.

Ia yang bercerai tiga tahun lalu dari James si anak band. Ia yang akhirnya dekat dengan Raihan, sejak pria itu belum seterkenal sekarang.

Ia yang sering diyakinkan Raihan bahwa mereka bisa bertahan. Ia yang sempat dijanjikan akan dikenalkan dengan ibu Raihan pelan-pelan.

Ia yang terlanjur amat menyayangi lelaki yang sudah dipanggil “Om Ayah” oleh Tania putri kecilnya.

Indah mengusap air matanya. “Saya tetap berharap Raihan bahagia dengan pilihannya,” dicobanya tersenyum pada si wartawan yang bernama Fani itu.

Kini fikirannya terbang pada Rissa, penyanyi cantik pilihan Raihan itu. Dilihat dari infotainment tadi, Rissa memang tampak lebih gemuk.

Tapi apa benar Raihan sampai khilaf menghamilinya lebih dulu? Entahlah, baginya pria itu selalu sopan.

Tapi Indah tak yakin juga, karena bahkan kedekatannya dengan Rissa saja tidak tercium olehnya sampai putus. Dan Rissa, seingat Indah beberapa bulan lalu ia malah diberitakan dekat dengan Johan, putra pengacara kaya yang tengah menjajal akting.

Johan, pemuda itu pernah mengatakan amat mengagumi Rissa dengan mata berbinar-binar di televisi. Apa sekarang ia juga menonton infotainment dengan sebal?

Apa ia juga patah hati? Apa ia juga ingin merobek televisi? Indah gemas sendiri memikirkannya.

Namun, dipikir-pikir ini lucu juga, pikir Indah kemudian. Ini jadi semacam cinta kotak, segi empat. Oleh orang-orang yang sama-sama diricuhi televisi.

Si wartawan cantik itu sudah pergi. Ia sempat tersenyum manis sekali di depan pintu dan mengatakan Indah harus kuat. Jarang sekali ada wartawan baik seperti itu, kagum Indah.

Indah kini menatap jendela ruang tengahnya. Besar dan lebar, dan nyata.

Tidak seperti televisi. Meski sama-sama kotak, jendela lebih jujur mengabarkan suasana.

Dan sore itu jadi lebih hangat bagi hati Indah.

“Mama, nanti Mama muncul di majalah lagi, ya? Sendirian?” tanya Tania tiba-tiba. Indah tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar