Hesti
melihat tumpukan undangan pernikahan di meja kerjanya yang bertambah lagi.
“Huh,
mentang-mentang lagi musim hujan jadi pada rombongan kawin!” gerutunya.
Hari ini
jadwalnya Sekar dan Panji. Hesti sudah janjian akan datang ke resepsi teman
KKN-nya itu bersama Asih.
Lepas jam
kantor, Hesti segera mencari Asih. Mereka berangkat dengan taksi menerobos
hujan.
Resepsi
Sekar dan Panji digelar mewah dengan adat Jawa lengkap.
“Mereka
kayak pasangan wayang ya,” celoteh Hesti kemudian dihadiahi cubitan Asih.
Hesti
cekikan, tapi ketawanya terhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya.
“Hes,
Agung, Hes!” Asih yang juga melihat langsung menggoncang-goncangkan lengan
Hesti.
Dan
parahnya, Agung berjalan ke arah mereka. Asih tambah heboh, “Hes, dia kesini
Hes! Mau ngajakin kamu balikan kayaknya, Hes!”
Teman-teman
di sekitar Asih dan Hesti juga penasaran dengan apa yang akan terjadi. Mereka
menatap seperti menonton live drama.
Hesti dan
Agung. Pasangan yang merencanakan nikah tahun lalu, tapi gagal karena gosipnya Hesti
tidak mau ditinggal ke China.
Kini
setelah Agung menyelesaikan S2-nya, akankah mereka balikan lagi? Pertanyaan itu
menggantung di banyak kepala.
“Hai,”
Agung menyapa Hesti ringan. Masih disaksikan puluhan mata.
Mereka lalu
duduk di satu meja. Dan tetap, para mata tidak lepas dari mereka, ingin tahu
apa yang terjadi selanjutnya.
“Kalau
Agung pegang tangan Hesti, artinya ia ngajak balikan. Kalau Agung bangkit
duluan, itu artinya Agung nyakitin Hesti lagi. Awas aja!” umum Asih kepada
teman-temannya di meja lain.
“Berlaku
sebaliknya juga ya. Kalau Hesti yang dekat-dekat berarti emang dia yang
menyesal dan pengen balikan lagi,” kata Sinta, teman Hesti dan Asih, sinis.
Dan
ternyata… Agung yang pamit duluan, sembari tersenyum. Penonton ber”yah” ria sambil
masih bertanya-tanya. Kok Agung senyum, ya?
Bagi Hesti,
meski setahun berlalu, Agung dan keputusan dirinya masih sama. Lelaki itu masih
jenius, tapi tak tahu apa yang ia butuhkan.
Di meja
dingin tadi..
“Aku ditawari
S3 dan pekerjaan sekaligus. Kata ibu, mungkin aku bisa membawamu juga.”Agung
berkata dengan percaya diri. Tapi tidak sedikitpun menatap mata Hesti.
“Itu bagus.
Tapi aku hanya akan memberatkanmu. Pergilah,” putus Hesti mantap. Ia tahu
sebenarnya Agung sedang memintanya untuk membantu membuat keputusan, bukan
sedang meminta balikan apalagi melamar ulang.
“Ya sudah.
Baik-baik ya,” pamit Agung santai. Ia memang sebatas menyampaikan keinginan
ibunya.
“Nothing to lose,” sepakat Agung dan
Hesti kemudian, sendiri-sendiri di hati mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar