Malam sampai di ujungnya. Langit gelap, bulan
yang menua tak tampak. Harun mengendap-endap di samping sebuah rumah.
Ditaburkannya beras sambil berjalan mundur. Pemuda
itu komat-kamit mengingat mantra yang diajarkan Dukun Sapto maghrib tadi disaksikan
lurahnya.
“Beras karo
jampi kuwe bakal gawe warga nglembroh, terus mesti milih ko, Drajat! Gambar pari sing nomer siji1,” yakin
Dukun Sapto. Lurah Drajat dan 3 orang pemuda lainnya manggut-manggut.
Harun kebagian menaburkan beras di Dusun 4, dimana
pendukung Lurah Drajat masih sedikit. Ia semangat saja, apalagi ia dijanjikan
tambahan uang ratusan ribu sebagai upahnya.
Tinggal beberapa jengkal lagi dan selesai, tapi
tiba-tiba… “Hei!”
Harun berbalik kaget. Dan takut. Seorang lelaki
mengacungkan golok. “Ko wis kewenangan, Bocah!2”
Harun segera berlari kencang. Ia dikejar 2
pemuda yang muncul dari belakang lelaki itu.
Lelaki bernama Rasmin itu lalu menggoser lajur
beras di tanah yang ditaburkan tadi dengan kakinya hingga berantakan. Itu cara
menggagalkan cara klenik tersebut.
Mendengar ribut di luar, Sartini si pemilik
rumah keluar.
“Eh, Yu.
Ngapurane gawe rika tangi3,” kata Rasmin.
“Ana apa,
sih?4” tanya Sartini, perempuan kurus paruh baya.
“Kae lah,
bocah arep iseng. Kiye rika wis ngerti ngesuk arep milih sapa?5”
“Mbuh lah.6”
“Kiye,
aja bingung. Milih gambar budin bae. Sardi wonge dhewek. Aja kelalen ya, Yu.7”
Rasmin mengangsurkan amplop ke tangan Sartini
lalu pamit pulang. Perempuan itu mesem. Bada’ isya tadi juga sudah ada yang
memberi suaminya amplop. “Aja kelalen
milih pari.8”
Ket:
1. Beras sama mantra itu bakal bikin warga nurut,
terus pasti milih kamu, Drajat. Gambar padi yang nomor satu.
2.Kamu sudah ketahuan, Bocah!
3. Eh, Bu. Maaf bikin Ibu bangun.
4. Ada apa, sih?
5. Itu lah, bocah mau iseng. Ibu sudah tahu besok
mau milih siapa?
6.Nggak tahu lah.
7. Jangan bingung. Pilih gambar ketela saja.
Sardi orang kita sendiri. Jangan lupa ya, Bu.
8. Jangan lupa pilih padi.
---------------------------------------
Hai Haloo! Lama sekali rasanya nggak nulis FF
lagi. Nah, FF di atas itu tadi terinpirasi dari pemilihan lurah di desa gue,
Pandansari Kec. Kejobong, hari ini (3/2). Haha.. :p
And loe tau ga sih? Acara coblosannya tuh rame
banget. Lengkap dengan kisah-kisah di baliknya. Salah satunya ya cerita dukun-dukunan
itu tadi. Katanya Pak B (nama disamarkan ya biar keren) yang masih menjabat
sekarang dan menyalonkan diri lagi itu suka main dukun. Kemarin malam ada orang
yang ketahuan nabur beras di rumah warga dan diuber pakai gobed (bahasa Pandansarinya golok).
Terus ada yang bilang juga Pak B berangkat ke
tempat pemilihannya di SD N 1 Pandansari nggak lewat jalan biasanya, tadi dari
arah kidul bersama dukunnya biar jampinya berhasil. Atau biar romantis, yak?
Haha..
Beda dengan Pak R yang juga sudah pernah menjabat
dan menyalonkan diri lagi. Ia terkenal lebih menggunakan jalan putih: doa dan
pengajian. Meski tak luput dari bagi-bagi uang juga.
Siang tadi, seluruh warga desa Pandansari
tumpah ruah ke halaman SD N 1 dan jalan di depannya. Seperti ada tontonan besar
saja. Ibu-ibu simpatisan berbaris di depan pintu gerbang SD dan menyalami
setiap warga yang hendak masuk. “Aja kelalen pari.” “ Budin ya, Mbak.”
Aku cuma mesem. Berasa lebaran, euy! Bedanya
yang diucapin bukan “minal aidzin”. Hehe.. :p
Coblosan lurah siang tadi berjalan lancar.
Warga yang sudah memberikan suara setia bertahan di depan SD untuk menunggu
hasil penghitungan sekaligus menikmati suasana ramai yang terjadi 5 tahun
sekali itu. Bahkan meski hujan deras mengguyur sejak jam 2 siang, antusiasme warga
tidak surut.
Pukul 5 sore, hasil baru diumumkan. 800an suara
untuk Pak B dan 1300an suara untuk Pak R. Kata emakku, warga langsung
bersorak-sorak dan menyalakan mercon. Sedangkan di rumahnya, Pak R langsung
sujud syukur dan memeluk keluarga serta warga yang datang. Beberapa diantaranya
sampai menangis bahagia.
Dari yang kudengar, banyak warga yang kecewa
dengan kepimpinan Pak B. Desa jadi sepi dari acara-acara Islami dan kalau mau
ngurus surat-surat jadi susah. Karena itu, mereka sangat berharap Pak R kembali
menjabat. Dan itu terkabul hari ini.
Aku juga ikut senang lho. Alhamdulillah. Ya,
salah satu kebahagiaan di dunia adalah dipimpin oleh orang yang tepat dan taat.
Aku yakin Indonesia bisa lebih baik jika dimulai dari pemimpin-pemimpin desa
yang baik. Desa adalah salah satu wilayah kepemimpinan terkecil yang bisa
menjadi akar dan penyokong kepemimpinan yang mengakomodir kebutuhan rakyat
Indonesia. Semoga setelah ini Pandansari tambah makmur sejahtera dan diberkahi
Yang Kuasa. Aamiin. :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar