Senin, 25 Februari 2013

Sang Mempelai


image source: google.com
Santi menatap teman-temannya yang sedang berdandan. Biasanya ia yang jadi yang paling lama, dan paling dinanti.

Wah, nyonyahe wis ayu pisan1,” goda Leni, mantan teman sepanggunya. Ya, kini Santi adalah seorang mantan reog.

Jika kemarin lalu ia dijuluki Sang Penari, layaknya  Srintil dalam film, sekarang ia adalah Sang Mempelai. Mempelai dari seorang paling kaya di Desa Karangsari, mungkin juga sekecamatan Banyumanis.

Pria itu adalah Gatot Pramana, juragan kayu, ayam, wedus2, sapi, dan pemilik berhektar-hektar sawah. Saat sarahan3 3 hari lalu saja ia membawa setruk suluh4, dua jago gagah, dua bandot5 kekar, seekor sapi super, dan 5 karung beras. Belum lagi 30gram emas dan hantaran lainnya.

Iring-iringan sarahan itu menjadi tontonan yang mengundang decak kagum warga Karangsari. “Asli sarahan gedhe-gedhean6” komentar setiap warga.

Santi dan keluarganya jelas sangat bangga. Dan malam ini, setelah akad nikah yang mewah, mereka merayakannya dengan nanggap7 reog dan organ tunggal “Swara Bedhaya”dimana Santi bergabung sebelumnya.

Pertunjukan telah dimulai. Leni menggeol pinggungnya dengan gemulai. Ia akan segera menjadi primadona menggantikan Santi.

Santi tak lagi keberatan karena kini ia punya segalanya. Tak akan repot-repot lagi menghibur sampai larut malam karena ada Gatot yang siap memberikan apapun.

Namun, di tengah alun masik dan geolan, tiba-tiba seorang pemuda menyalak. “Hei Gatot juragan lemak, Santi kuwe mempelaiku. Kowe aja wani-wani ngemek sepetil-petila! Hahaha...8

Santi amat kaget. “Heri...”

Bocah edyaan!9” Belum selesai Santi dari kagetnya, Gatot yang memang bertubuh subur sudah lebih dulu bangkit menghadangnya.

Buk!

Heri tersungkur. Ketika ia akan membalas, Gatot sudah lebih dulu menginstruksikan polisi yang berjaga untuk menangkapnya.

Heri yang kurus serta sempoyongan dalam pengaruh alkohol tak bisa banyak melawan, hanya mulutnya yang terus menceracau.

Hei, Santi! Aja gelem dimek Gatot. Keruk duite bae. Terus balik maring aku. Balik maring aku, Santi! Hahaha10

Santi menelan ludah. “Bocah gemblung. Bocah gemblung11!” ia terus merutuk dalam hati.

Ia merasakan warga yang menonton  mulai membicarakannya, tak lagi fokus pada Leni. Ia merasa Bu Srijanti, mertuanya melirik dengan tajam.

Dan di dapur, ibunya sendiri mencubit lengannya gemas. “Apa ko urung nyumpel cangkeme bocah gemblung kae karo duit? Angger nganti kowar-kowar ko wis isi kepriwe? Kepriwe, hah?12

Santi balik ke sisi Gatot dengan lemas. Karena tak hati-hati, ia nyaris terjatuh tersangkut kabel. Gatot meraih tangannya dan Santi menangkap mata merah marah.

Malam itu, Sang Mempelai pingsan. Sebab bayang-bayang kesenangannya buyar.

Kayane gawan bayi enom kae, dadi gampang lemes terus pingsa13,” bisik-bisik warga yang menyaksikan. Tak perlu menunggu, mereka sudah tahu dulu.

Ket:
1. Wah, nyonyahnya sudah cantik sekali.
2. kambing
3. seserahan
4. kayu bakar
5. kambing jantan
6. Asli seserahan besar-besaran!
7. menggelar
8. Hei Gatot juragan lemak, Santi itu mempelaiku. Kamu jangan berani menyentuh sedikitpun! Hahaha..
9. Bocah gila!
10. Hai Santi! Jangan mau disentuh Gatot. Keruk uangnya saja. Terus kembali kepadaku. Kembali kepadaku, Santi! Hahaha..
11. Bocah gila. Bocah gila!
12. Apa kamu belum menyumpal mulut bocah gila itu pakai uang? Kalau sampai berkoar-koar kamu sudah ‘isi’ bagaimana? Bagaimana, hah?
13. Kayaknya bawaan bayi muda, jadi gampang lemas terus pingsan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar