Jumat, 19 April 2013

Serba Biru

Rini kesal dengan sikap orang-orang di arisan keluarga yang bertempat di rumah Desi kali ini. Semua orang hanya menaruh perhatian besar pada Desi. Padahal ia dan Desi sama-sama sedang mengandung 6 bulan.

Bu Lik Tarni dan Bu Lik Yani bilang sangat penasaran dengan anak Desi. Desi cantik katanya, sedangkan Mas Rahmat, suaminya, ganteng-tinggi-tegap, pasti anaknya nanti mirip bintang cilik. Rini mangkel dalam hati, “Bintang cilik siapa? Adul?”

Namun, Rini sendiri tak luput juga membandingkan Mas Arif, suaminya dengan Mas Rahmat. Ragu-ragu ia mengakui Mas Rahmat memang terlihat lebih tegap. Rini menghibur hati bahwa bagaimanapun suami sendiri lebih enak dilihat, begitu pula nanti anaknya, pasti lebih cakep untuknya dari anak siapapun.

Baru saja Rini menenangkan diri, dua Bu Lik-nya sudah heboh lagi. Mereka mengagumi kamar serba biru yang katanya Desi siapkan khusus untuk bayinya. Rini ikut melongok dan ragu-ragu dalam hati mengakui kagum juga.

Sebenarnya ia yang lebih dulu punya ide menyiapkan kamar khusus untuk bayinya. Lalu Desi mengetahui ide itu saat berkunjung ke rumahnya. Jadilah, Desi yang ikut-ikutan dan pol-polan menyiapkan kamar bayi.

Rini mangkel 100 kali lipat. Desi, sepupunya itu dari jaman masih TK memang suka sekali mengikuti apapun yang dia lakukan. Mulai dari dulu beli mainan sampai sekarang hamil juga rasa-rasanya Desi full meniru. Sering kali Rini menghibur diri bahwa yang nggak keren adalah yang hanya ikut-ikutan. Nyatanya ia sebal juga, terlebih jika yang ditiru Desi lebih bagus dari punyanya.

“Mas, ayo desain ulang kamar buat bayi kita. Bikin jadi lebih bagus, Mas. Demi anak pertama kita, Maass…” Akhirnya Rini merengek pada Mas Arif saat sudah di rumah. Mas Arif menanggapi santai, “Mau yang seperti apa?”

“Seperti punya Desi!” jawab Rini mantap. Mas Arif memandang wajah serius istrinya tercintanya itu lalu tertawa. “Kamu kok malah jadi kayak Desi? Haha..”

Lelaki penyabar itu mengingat bagaimana kelakuan Rini dan Desi, dua teman main kecilnya dulu itu. “Dulu Desi yang selalu merajuk ‘Seperti punya Rini!’ kalau kamu punya mainan, sekarang kenapa kamu yang jadi ngebet banget, Sayang? Biasanya juga santai-santai saja.”

“Tapi sekarang beda, Mas! Dulu kan...”

“Ssstt, jangan keras-keras. Nanti si baby dengar lho,” alih Mas Arif sambil memeluk perut istrinya.

“Ah, Mass..,” Rini sebal.

“Sayang, dulu dan sekarang memang beda. Dulu kamu masih kecil, sekarang udah mau punya anak kecil. Ya ndak baik tho, kalau ‘beda’nya itu malah kamu kehilangan sifat dewasamu. Sifat yang bikin Mas jatuh cintaaa sama kamu.” Mas Arif mengecup kening Rini.

“Ah, Mass..” sekarang Rini yang memeluk perut suaminya manja dan membenarkan ucapannya itu. “Eh Mas, tapi boleh ya, kalau kamar bayi kita dibuat serba biru juga? Baguss..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar