Sudah jam 9 malam. Sudah lewat 1 jam dari kesepakatan akan menelepon.
Keterlaluan, karena bahkan ia tidak merespon SMS atau miss call dari perempuan yang menahan nyeri di dadanya itu. Si perempuan gusar, teramat.
Ia buka laptop, mencari jejak si lelaki keras hati di dunia maya. Dan benar saja…
Ia baru online sejam yang lalu, meninggalkan komentar sok akrab di dua status teman si perempuan. Seketika benci membuat dadanya makin nyeri.
“Jahat!”
Tiga panggilan telepon si lelaki ia acuhkan. Sudah kehilangan nafsu bicara.
Selanjutnya, perdebatan bergulir melalui SMS-SMS nanar. “Kamu juga gak mikir bagaimana aku!”
Tidak ada yang mengalah atau merasa salah. Si perempuan emosi dan lelaki keras hati.
Akhirnya, tetaplah perempuan yang menangis juga, sendirian. Sakit badan, dan hati.
“Aku mati pun mungkin tetap tidak peduli, apalagi mengejar pulang…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar