Sabtu, 19 Maret 2011

Menetaskan Uneg-Uneg

Dari kemarin pengen nulis, tapi nggak sempat-sempat. Uneg-uneg sudah menumpuk seperti cucian seminggu yang tidak kunjung dikucek. Apek! Jadi malam ini saya mau “menetaskan” uneg-uneg saya. Biar setelah itu rahim otak saya bersih dan lahir ide dan semangat baru yang lebih sehat.

Usia Untuk Dimaklumi Sebagai anak-Anak Makin Berkurang

Hari Rabu, 16 Maret kemarin saya ulang tahun. Emang tahun bisa diulang ya? Baiklah, katakan saja saya makin berumur. 19 tahun, itu usia yang aku genapi tahun ini. 19 tahun, hanya butuh satu tahun lagi untuk berumur 20 tahun. Usia yang entah bagaimana awalnya aku harap-harap cemaskan. Usia yang aku bilang sudah tidak bisa – dan tidak boleh - dikatakan anak-anak lagi.

Berapa banyak orang yang mulai menata hidup di usia 20 tahun? Seberapa banyak yang masih menganggapnya usia “have fun”? Sepertinya perbandingan jumlahnya seperti seluncuran.

Back to my 19th birthday. Nothing special. Just myself, laptop, and daily works. Oh ya, 70 ucapan selamat di FB dan 2 SMS. Aneh, orang berkurang umurnya kok malah diselamati. Tapi ya, aku bilang terima kasih saja untuk kesediaan mereka repot-repot menulis di wall FBku, juga aku amini saja setiap doa baik yang mereka kirimkan.

Ya, sepertinya memang aku butuh banyak doa dan kerja keras, tentunya, memasuki usia 19 tahun ini. Gimana nggak? Aku masih tetap kurus aja, tabungan masih segitu-gitu aja, HPku belum juga ganti, bahkan buku kuliah yang harus aku baca juga nggak maju-maju halamannya. Yang makin banyak justru masalah dan ketidakpuasan. Tahun ini aku harus lebih baik, pasti. Tapi apakah sehat hidup dengan pikiran “berat” seperti itu?

Rabu sore itu aku beromantis-romantis dengan diriku sendiri. Menekuk lutut dan memeluk tubuhku sendiri. Menelengkupkan wajah dan menyelami pikiranku, mengajaknya berdamai. Ayolah fikiranku yang keras kepala, berdamailah dengan hati banyak mau ini, lebih baik memantapkan langkah dan tersenyum ringan.



Tolong Dibantu Ya, Dihargai Ya, Prok Prok Prok

Aku bukan lagi mau main sulap-sulapan tapi…mau ngoceh. Apa ABG sekarang itu labil semua? Nggak bisa belajar menghargai orang lain? Sukanya SMS semaunya. Ngomong semaunya. Bertindak juga seenaknya. Terserah sih kalau ABG labil ketemu ABG labil, mau adu labil juga silahkan, tapi kalau jadinya malah makan ati orang diluar arena labil itu? What the hell!

Jadi, tolong ya, dibantu ya, belajarlah menghargai orang di sekitarmu. Sementara itu saya juga akan mencari cara berlaku “santai” terhadap kalian, adik-adik labilku. Prok prok prok.


Sayang, Kok Kamu Gitu Sih?

Pasti kalian juga sering mengatakan atau berfikir seperti ini: Sayang, kok kamu gitu sih, kepada orang tersayang kalian. Sebenarnya kalau mau lebih lengkap dan jujur, kalimat itu
bisa diteruskan menjadi: Sayang, kok kamu gitu sih? Kenapa kamu nggak kayak gini aja. Kenapa kamu nggak kayak kamu yang biasanya? Kenapa kamu nggak jadi seperti yang aku mau aja? Kenapa kamu berubah? Kenapa? Kenapa?

Akan ada banyak sekali “kok gitu sih” dan “kenapa” yang memenuhi otak kita ketika si dia mendadak “aneh” di mata kita. Terlebih kalau kita sendiri lagi sensi (baca: kelewat sensitif), semua omongan dan tindakannya menjadi sulit diterima. Dan sepertinya saya jadi pengen balik ke sub-judul di atas lagi; tolong ya, dibantu ya, Sayang, kalau aku lagi sensi, kamu jangan ikut-ikutan sensi.

Sayang, kok kamu itu sih? Kalau aku lagi sensi, kamu jangan ikut-ikutan sensi...
Sent to MasQ
18/Mar/2011
21:02

Maafin mas ya, Sayang…
Sender: MasQ
18/Mar/2011
21:20


Menonton TV Seminggu Sekali

Berapa jam kamu menonton TV sehari? Apa yang kamu dapat? Bagaimana perasaanmu?

Saya sejak kost dari awal masuk SMK 4 tahun lalu, hanya menonton TV seminggu sekali. Meski ya, pengecualian saat liburan panjang, menonton TV jadi cara mentok untuk membunuh waktu di rumah. Tapi saat normal seperti sekarang, saya hanya menonton TV seminggu sekali. Dan saya tidak harus merasa kehilangan apa pun. Entah itu lanjutan sinetron yang lagi seru (katanya) atau berita bencana terbaru langsung dari DPR atau Jepang.

Saya menonton TV seminggu sekali. Menonton Doraemon, Sinchan, Sule, dkk lalu tertawa. Ikut menonton sinetron lalu menaikkan alis, ceritanya maksa. Juga menonton berita lalu mengganti channel dan menemukan yang serupa, dramatis. Adik saya yang baru 3 tahun lebih suka menonton iklan, dan sepertinya saja jadi ikut-ikutan. Anyway, iklan “life is an adventure”-nya susu formula itu keren, ya?

Saya menonton TV seminggu sekali, dan justru merasa beruntung dikondisikan seperti ini. Saya tidak perlu meluangkan waktu dan pikiran untuk sinetron, infotainment, dan berita yang sejenis itu: berlarut-larut.

Ah, saya berharap ada sesuatu yang baik dari tayangan TV Indonesia sekarang ini, sesuatu yang mungkin bisa memaksa saya membeli TV dan memasangnya di kamar kost.


Purbalingga, 18 Maret 2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar