Perempuan-perempuan di kotaku, Purbalingga, Jawa Tengah, adalah pahlawan
keluarga dan industri. Mereka bekerja membuat bulu mata palsu dan wig (rambut
palsu) di pabrik-pabrik milik investor Korea, plasma1, bahkan
rumah-rumah. Tak kenal lelah, meski sebenarnya ironi dan eksploitasi. Mereka
bertahan dengan upah rendah, jam kerja tak lumrah, dan mata lelah. “Tak apa,
asal anak bisa sekolah, asal dapur tetap ngepul,”
aku mereka. Mereka rela bekerja siang malam, mengaitkan ratusan helai bulu mata
palsu satu-persatu, setiap hari. Mereka rela meninggalkan anak-anak kecil
mereka dengan nenek atau ayahnya. Sampai marak istilah “Pamong Praja” alias
papa momong mama kerja (bapak merawat anak, ibu bekerja).
Perempuan buruh rambut sedang membuat bulu mata palsu. (image source: antonaktualita.blogspot.com) |
Buruh-buruh perempuan di kotaku membuat perempuan-perempuan di
belahan bumi lain mengerjap-ngerjap cantik, sedang mereka mengusap-usap mata
pedih dan kabur. Dari jerih mata mereka, kotaku tersohor bangga. Purbalingga
kota produsen bulu mata palsu terbesar nomor dua di dunia, penyumbang
pendapatan tertinggi se-Indonesia. Sayangnya, investor dan Pemkab lalai dengan kesejahteraan dan masa depan para Kartini muda. Investasi maju, tapi pendidikan
mandeg. Bangku sekolah jadi lebih cepat ditinggalkan, para gadis muda beralih
ke bangku-bangku pabrik dan plasma yang menjamur di tiap desa. Mata-mata indah
mereka tak lagi merunut ilmu di buku-buku pelajaran, tapi mematut jalinan
rambut-rambut palsu. “Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau bisa cepat bekerja?”
retoris buruh perempuan yang masih berusia belasan. Miris. Meski sebenarnya mereka
masih ingin menikmati masa sekolah, keadaan memaksa asa mereka mengalah.
Kartini kotaku, buruh-buruh pabrik hebat yang mengorbankan
banyak waktu, tenaga, dan harapan pendidikan. Mereka yang membuat kotaku
berdenyut dan menyala pongah, tapi menyisakan nyala redup di mata mereka
sendiri. Mereka sosok nrima ing pandum2
yang tak hanya patut akan penghargaan, tapi juga perhatian lebih akan
kesejahteraan dan pendidikan.
----------------------------------------------
1. Tempat pembuatan rambut dan bulu mata palsu di desa atau
kecamatan
2. Terima apa adanya.
Tulisan ini diikutkan Kompetisi Menulis Opera #wOmanpOwer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar