Langit baru saja gelap. Bapak
baru selesai bersantap.
Ia kini duduk di kursi menghadap
televisi. Sinetron ramadhan dengan cerita perebutan harta. Ironi.
Ironi juga di keluarga kami. Ibu
sudah menunggu di sajadahnya. Dan… aku yang mengimami.
Maghrib ini berlalu lagi dengan
keacuhan bapak. Asap mengepul dari rokoknya.
“Mulut bapak asam kalau tidak
merokok,” kilahnya saat kuingatkan merokok ketika berpuasa itu makruh.
“Kamu saja. Sama-sama lelaki,”
kilahnya kemudian kali saat kuminta mengimami aku dan ibu sholat maghrib.
Begitulah bapak. Terlalu acuh.
Dulu aku tidak terlalu
mempermasalahkannya. Ia selalu menjadi sosok pekerja keras yang kuhormati. Tapi
sekian tahun menimba ilmu di kota orang, mataku terbuka.
Hatiku kini tak lepas berdoa,
“berikan hidayah-Mu untuk bapak hamba, ya Allah.”
***
Lebaran sudah lewat seminggu. Aku
pun sudah kembali ke perantauanku. Tahun ini mungkin Allah belum mengijabah doaku.
Bapak, rokok, dan keacuhannya
akan sholat. Masih sama. Tapi aku percaya hidayah itu pasti datang.
Handphone-ku bergetar. Ibu.
“Hasan, pulanglah. Bapak sakit.”
Sore itu juga aku langsung
mencari kereta. Perjalanan terasa lambat dengan hati ricuh. “Bapak…”
Lelaki berwajah keras itu
tertidur di ruang tengah. Lama.
Di sekelilingnya, para tetangga berkumpul.
Bersiap mensholati.
Ibu tersedu. Aku tergugu.
“Bapak mau sholat. Dari ranjang,”
cerita ibu kemarin.
---------------------------------
#Ini FF yang aku ikutkan lomba
bulan lalu. Dan pagi ini pengumumannya. Tapi lagi-lagi aku tidak menemukan
namaku terselip di deretan nama yang beruntung itu. Hmmph… Ya sudahlah…
Daripada nyesek mending buru-buru aku “buang” kesini.
Setiap gagal lomba, aku selalu
mikir (dan menyabar-nyabarkan diri), “Mungkin tulisanku belum seperti yang
diinginkan juri.” Tapi kadang juga muncul perasaan tidak terima, “Emang tulisan kayak apa sih yang masuk standard juri? Susah amat!” Lalu muncul lagi pikiran penenang,
“Mungkin ada orang lain yang lebih membutuhkan ruang dan hadiah itu.” :)
Ya begitulah monolog orang yang
kalah lomba. Ha ha… Anyway, aku tidak akan kapok! Semangat menulis tidak boleh terbang seperti asap. Yeay! \(‘o’)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar