Kamis, 19 Juli 2012

Asap

 Langit baru saja gelap. Bapak baru selesai bersantap.

Ia kini duduk di kursi menghadap televisi. Sinetron ramadhan dengan cerita perebutan harta. Ironi.

Ironi juga di keluarga kami. Ibu sudah menunggu di sajadahnya. Dan… aku yang mengimami.

Maghrib ini berlalu lagi dengan keacuhan bapak. Asap mengepul dari rokoknya.

Aku kesal sebenarnya. Terlebih dengan asap rokok itu. Yang terus dikepulkan meski di siang hari.

“Mulut bapak asam kalau tidak merokok,” kilahnya saat kuingatkan merokok ketika berpuasa itu makruh.

“Kamu saja. Sama-sama lelaki,” kilahnya kemudian kali saat kuminta mengimami aku dan ibu sholat maghrib.

Begitulah bapak. Terlalu acuh.

Dulu aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia selalu menjadi sosok pekerja keras yang kuhormati. Tapi sekian tahun menimba ilmu di kota orang, mataku terbuka.

Hatiku kini tak lepas berdoa, “berikan hidayah-Mu untuk bapak hamba, ya Allah.”

***

Lebaran sudah lewat seminggu. Aku pun sudah kembali ke perantauanku. Tahun ini mungkin Allah belum mengijabah doaku.

Bapak, rokok, dan keacuhannya akan sholat. Masih sama. Tapi aku percaya hidayah itu pasti datang.

Handphone-ku bergetar. Ibu.

“Hasan, pulanglah. Bapak sakit.”

Sore itu juga aku langsung mencari kereta. Perjalanan terasa lambat dengan hati ricuh. “Bapak…”

Lelaki berwajah keras itu tertidur di ruang tengah. Lama.

Di sekelilingnya, para tetangga berkumpul. Bersiap mensholati.
Ibu tersedu. Aku tergugu.

“Bapak mau sholat. Dari ranjang,” cerita ibu kemarin.

---------------------------------

#Ini FF yang aku ikutkan lomba bulan lalu. Dan pagi ini pengumumannya. Tapi lagi-lagi aku tidak menemukan namaku terselip di deretan nama yang beruntung itu. Hmmph… Ya sudahlah… Daripada nyesek mending buru-buru aku “buang” kesini.

Setiap gagal lomba, aku selalu mikir (dan menyabar-nyabarkan diri), “Mungkin tulisanku belum seperti yang diinginkan juri.” Tapi kadang juga muncul perasaan tidak terima, “Emang tulisan kayak apa sih yang masuk standard juri? Susah amat!” Lalu muncul lagi pikiran penenang, “Mungkin ada orang lain yang lebih membutuhkan ruang dan hadiah itu.” :)

Ya begitulah monolog orang yang kalah lomba. Ha ha… Anyway, aku tidak akan kapok! Semangat menulis tidak boleh terbang seperti asap. Yeay! \(‘o’)/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar