Senin, 23 Juli 2012

Gosip

So cute!

Ini hari Minggu. Aku dan Mas Salim memutuskan bersantai di rumah.

Minggu lalu kami sudah berlibur ke Pantai Sundak di Gunung Kidul. Menyenangkan sekali mencipratinya dengan air dan mengubur kakinya dengan pasir.

Sekarang Mas Salim sedang membaca koran. Sesekali ia menyeruput teh manis yang lima menit lalu kubuatkan.

Aku sendiri sedang menyapu sembari mengamati infotainment di televisi. Heran, pagi begini sudah ada infotainment, dulu tiap hari minggu kan acaranya kartun anak sampai siang.

“Penyanyi dangdut yang terkenal dengan lagu Cinta Digoyang, Melisa Surya menggugat cerai Anton Adam, yang diakui sebagai suaminya. Anton yang anggota Dewan dari Partai Bela Rakyat itu sebelumnya tidak pernah diketahui menikah dengan Melisa,” kata host infotainment dengan mimik dan intonasi yang dibuat meyakinkan.

“Mas, sini, deh!” Aku jadi tertarik menanyakan pendapat suamiku yang masih asyik menekuri koran.

Lelaki yang baru menikahiku tiga bulan lalu itu mendekat. “Dik, mbok ya ndak usah nonton acara gosip begitu. Banyak mudharatnya. Mending…,” katanya sambil memainkan remote TV sebelum aku sempat bertanya, “nah, mending nonton ini. Biar Dik Asri pintar masak.”

Ia girang menemukan aksi Rudi Choirudin. Aku manyun.

Masakanku memang rasanya masih kacau. Pagi ini aku juga memilih membeli nasi gudeg untuk sarapan. Tapi aku tetap tidak suka didikte begitu.

Dan sebelum aku sempat protes, Mas Salim sudah bangkit dengan santai ke teras depan. Kudengar ia disapa seseorang lalu berbincang. “Iya, kasihan Anton. Kasihan juga istrinya.”

Nah lo! Mas Salim mengajari jangan menonton acara gosip, eh dia sendiri malah menggosip. Dengan Pak Jaenal, ketua RT pula.

Aku yang menguping dari balik pintu segera berbalik ke dapur. Sebal.

Aku jadi malas bicara dengan Mas Salim. Saat makan siang aku cuma menemaninya tanpa berkata-kata.

Begitu juga saat makan malam. Tapi Mas Salim juga diam saja, malah pamit mau ke rumah pak RT. Apa mau melanjutkan menggosip disana? Duh, aku makin sebal!

Kenapa Mas Salim bersikap seperti itu? Ia bahkan melarangku ikut berkumpul dengan tetangga kalau cuma untuk menggosip. Tapi ia sendiri?

Jarkoni, ngajar tapi dheweke ngelakoni1. Baiknya aku bicara apa terus mendiamkan Mas Salim, ya?

Pukul 10 malam lelaki berwajah bersih itu baru pulang. Aku sudah meringkuk di ranjang, pura-pura tidur.

“Dik,” Mas Salim mengelus lenganku. Ia selalu melakukan itu jika ingin bicara.

Aku ingin tetap pura-pura tidur, tapi tak tega juga, apalagi suaranya terdengar parau. Akupun balik badan, menatap wajahnya yang terlihat muram.

“Ada apa?” kuelus pipinya dan seketika itu kekesalanku runtuh. Matanya seperti menyimpan duka.

“Anton meninggal,” suara Mas Salim makin parau.

Anton anggota Dewan itu? Aku mengernyit. Gosip lagi?

“Anton yang suka adzan di masjid, Dik. Meninggal karena typus akut,” terang Mas Salim mengerti kebingunganku. “Innalillahi wa inna ilailahi raji’un.”

Aku tahu persis Anton yang tukang mie ayam itu adalah teman main Mas Salim waktu kecil. Aku peluk segera Mas Salim.

“Maafin Mas, Dik. Melarangmu berkumpul dengan tetangga sampai tidak tahu berita,” sesalnya disela peluk.

Aku menggeleng. Tak apa. Tak apa, Mas. Justru aku yang su’udzon denganmu.

Sekarang aku yakin suamiku tersayang ini tidak suka gosip. Ia tulus.

---------------------------------
  1. Mengajari orang lain tapi diri sendiri melakukan

#Aku sehat-sehat aja kan ya walaupun belum menikah tapi suka nulis cerita rumah tangga? Entahlah, tapi aku memang lebih suka ngulik cerita rumah tangga daripada orang pacaran. Konfliknya lebih nyata.

Dan FF ini sebenarnya aku tulis sebulan lalu. Ide juga dateng gitu aja.

Buat yang baca, monggo diambil baiknya, kalau ada. Hehe..

By the way kemarin aku baru dapet quote bagus: kalau tidak bisa menulis yang mencerahkan, setidaknya jangan menyesatkan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar