Kamis, 29 November 2012

Rangkuman Workshop Penulisan Skenario @Owabong Cottage – Day 1


“Skenario yang baik belum tentu menjadi film yang baik. Tapi film yang baik pasti dibuat dari skenario yan baik.”

Kalimat yang disampaikan oleh Perdana Kartawiyudha itu menjadi pembuka sesi 1 workshop penulisan skenario “6 Tahun Festival Film Purbalingga” siang ini (29/11). Pembicara utama yang akrab disapa Mr.Pidi itu lalu menguraikan problem umum penulisan skenario yang kerap dijumpai. Problem itu antara lain tidak memahami cara kerja film, kurangnya referensi, salah mengartikan skenario, dan kurang mampu memilih ide serta cara mengembangkannya.

Pembahasan langsung diselingi tanya jawab tentang kesulitan yang pernah peserta alami. Saya sendiri menanyakan bagaimana caranya mengatasi roaming. Maksudnya jika ada pesanan skenario yang meminta tema gaya hidup perkotaan dan segala macamnya, tapi kita sendiri tinggal bukan di kota besar dan memiliki gaya hidup yang biasa-biasa saja. Maka menurut Mas Pidi (saya lebih suka manggilnya begitu), solusinya adalah riset, bisa dari buku-buku, internet, atau mendengarkan cerita orang agar kita punya gambaran. Sebaliknya, ia mengingatkan untuk tidak membuat cerita yang terlalu personal dan memaksakan keinginan pribadi.

Mas Pidi juga beberapa kali menekankan bahwa bahasa skenario itu beda dengan bahasa novel atau cerpen. Bahasa skenario hanya menceritakan apa yang bisa dilihat dan didengar. Selebihnya jika memasukkan unsur penginderaan lain akan menimbulkan kesulitan dalam pengeksekusian cerita oleh sutradara dan crew.

Skenario yang bagus harus bisa memancing sutradara dan produser untuk membuat film tersebut. Sutradara, produser, kameraman, editor, dan soundman juga perlu belajar tentang skenario agar bisa memberikan pendapat-pendapat yang solutif selama proses pembuatan film.

Sedang asyik tanya jawab lagi tentang alur kerja film, tiba-tiba hujan deras datang bareng angin ribut. Dilanjut dengan mati listrik sekitar setengah tiga sore. Tapi Mas Pidi tetap melanjutkan kesempatan bertanya dan menerangkan tentang standar penulisan skenario secara internasional. “Satu halaman harus berdurasi 1 menit,” tekannya. Sesi pertama ini diselingi coffee break dan istirahat sholat ashar.

Setelahnya di sesi kedua, Mas Pidi menguraikan aturan internasional penulisan skenario yang dimulai dengan kepala scene. Terdiri dari nomor , keterangan INT atau EXT, tempat, spesifik tempat, dan waktu. Font yang digunakan harus Courier New 12’ dengan 1 spasi dan ukuran kertas umumnya A4.

Setelah dianggap paham tentang scene, kami diminta menghitung jumlah scene yang ada dalam film pendek “Maya Raya Daya” yang dimainkan Luna Maya.  Kami juga menonton film komedi “Teeth” lalu diminta menuliskan skenario dalam film tersebut dengan tambahan dialog ngapak ala masing-masing kelompok.

O ya, untuk yang ingin membuat skenario dengan format yang benar, disarankan menginstall software Final Draft. Jangan lupa menuliskan header di setiap lembar skenario yang terdiri dari judul film, draft, alamat, dan tanggal.

Cut to… sesi ketiga. Hehe..

Sesi ketiga baru dimulai setengah 8 setelah semua peserta makan malam. Menunya enak, nyesel kalau nggak ngambil nasi banyak-banyak. Wakakak..

Teyuus, aku juga seneeng.. Mas Pidi ngajak ngobrol duluan, soalnya bulan lalu aku pernah ngirim sinopsis ke Serunya Screenwriting, agency miliknya. Yah, walaupun sinopsisku itu nggak lolos, tapi semoga setelah ini kesempatan jadi lebih mudah. 

Meski agak kelewat, Mas Pidi lalu menerangkan tentang bagian cover. Cover harus mencakup judul, penulis, perevisi (jika bukan dilakukan oleh si penulis sendiri), nama institusi (jika ada), alamat, no.telp, dan email. Jika skenario tersebut direvisi oleh penulis sendiri, maka harus disertaikan draft keberapa dan tanggal revisinya.

Selesai tentang teknis penulis skenario, bahasan berlanjut ke “Ideas for Your Story”. Disini Mas Pidi mengulik tentang bagaimana membangun cerita yang komersil, yaitu yang terdiri dari karakter, plot, dan genre.

Ada beberapa pilihan tipe karakter komersil yang biasanya digunakan di banyak film, yaitu:
1. The prince charming, yaitu cowok yang passionate tentang sesuatu dan menggunakan fisiknya untuk mewujudkannya.
2. Lovely princess, yaitu karakter yang seperti putrid-putri Disney yang penyanyang.
3. Anak penuh akal dan semangat
4. Femme fatale, yaitu wanita yang mengandalkan sensualitas tubuhnya untuk memikat sekaligus mematikan lawa jenis.

Untuk plot, ada 6 pilihan plot yang dibahas, yaitu:
1. Ikan keluar dari air, yaitu memindahkan jagoan filmnya dari dunia atau habitatnya ke habitat lain. Serunya adalah bagaimana dia survive.
2. Soulmate (pasangan kekasih, persahabatan, atau lainnya)
3. Monster dalam rumah, yaitu tentang hal yang menakutkan dalam ruang terbatas.
4. Sekumpulan orang, plot ini harus dimulai dengan memilih tempat baru orang-orangnya. Lalu bagaimana mereka survive, berinteraksi, dll.
5. Jin dalam botol, yaitu tentang permintaan dan “seandainya-seandainya”. Bisa juga tentang kutukan dan syarat untuk membebaskannya.
6. Manusia super, dengan segala jenis kekuatannya.

Dan yang terakhir adalah genre. Ada 4 pilihan genre, yaitu drama, komedi, horror, dan laga. Sebuah film bisa fokus pada satu genre atau gabungan dari dua atau beberapa genre.

Seorang penulis skenario juga harus bisa mengecek apakah ide cerita yang dimiliknua layak dikembangkan atau tidak. Ada 4 elemen untuk ini, yaitu:
1. Gut emotional appeal, nancep di hati.
2. Inherent conflict, konflik dalam diri.
3. Plausibility, membuat orang percaya.
4. Autenticity, sesuatu yang baru atau berbeda.

Yang tak ketinggalan dari penggarapan skenario adalah sinopsis dan premis. Ada beberapa format premis yang bisa memancing sutrada atau produser untuk mengetahui lebih banyak tentang cerita skenario tersebut. Dan yang terakhir, sebuah film haruslah mempunyai statement yang bisa ditangkap penonton dan membuat mereka terkesan.

Huft.. Akhirnya laporan sebagai janji kepada teman-teman Kelas Menulis ini selesai juga. Semoga ilmunya ter-share dengan baik, yak. :D

Ok, sekarang saya mau tidur dulu di kamar yang brrr ini. Besok mau bangun pagi dan menjajal kamar mandi lagi yang saya harap ada gayungnya. Wakakak..


Tanya jawab sama Mas Pidi.

Ngitung scene "Maya" bareng kelompok teladan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar