Jumat, 30 November 2012

Rangkuman Workshop Penulisan Skenario @Owabong Cottage – Day 2

Foto bareng usai workshop (mirip rombongan tour :p )

Hari kedua Workshop Penulisan Skenario (30/11) dimulai. Kami sarapan terlebih dahulu, lalu pukul 08.00 mulai melanjutkan pembahas semalam tentang premis. Meski semalam aku nggak bisa tidur pulas karena kedinginan, kepanasan, kedinginan lagi, aku tetap mencoba konsentrasi mengikuti.

Usai merampungkan bahasan premis, Mas Pidi lanjut ke bahasan baru dengan melontarkan pertanyaan, “Apa itu karakter? Apa itu karakterisasi?”

Karakter adalah tokoh dalam cerita (skenario), sedangkan karakterisasi adalah penokohan. Ada tiga jenis karakter, yaitu:
Antagonist: tokoh utama cerita
Protagonis: penentang tokoh utama
Supporting character: karakter pendukung (boleh ada, boleh tidak)

Setelah menentukan jenis karakternya, kita lalu harus membuat character bio. Character bio terdiri dari:
Usia/ jenis kelamin/ asal
Tujuan: goal yang karakter tersebut inginkan
Motif: latar belakang/ alasan kenapa ia ingin mencapai tujuan tersebut
Kelemahan: kekurangan fisik atau sifat yang dimiliki si karakter
Hambatan: rintangan yang didapatkan karakter dalam mencapai tujuan
Pertaruhan: jika tujuan tidak berhasil, maka karakter akan…
Taktik: cara si karakter mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan

Untuk menguji pemahaman kami tentang character bio, Mas Pidi memutar film pendek berjudul “Spider” dan “Sayangi Orang Tua Kita” lalu kami secara berkelompok seperti kemarin diminta menuliskan character bio dari masing-masing satu tokoh. Film “Spider” sendiri ceritanya sangat tidak terduga sampai membuat banyak dari kami kaget, menjerit, beristighfar. Hehe.. Sedangkan film “Sayangi Orang Tua Kita” ceritanya begitu dramatis dan menyentuh. Bikin mau nangis.. Teman sebelahku, Anggi, bahkan sudah berkaca-kaca duluan. Hikss..

Setelah masing-masing kelompok mengemukakan jawabannya tentang character bio tadi dan dikoreksi oleh Mas Pidi, ia lalu menjelaskan tentang cara membangun cerita. Sebuah film biasanya terdiri dari minimal 3 babak. Ada juga yang 8 dan 9 babak. Untuk yang tiga babak, bisa dibagi ke bagian opening, middle, dan ending. Bagian opening diisi dengan keinginan si karakter itu apa.

Di bagian opening juga ada yang dinamakan point of attack, atau sesuatu yang merubah hidup karakter tersebut. Di antara opeing dan middle, ada plot point 1, yaitu ketika karakter berkomitmen untuk mewujudkan keinginannya. Dan di mid point, karakter sudah tidak bisa mundur lagi. Selanjutnya, antara mid point dan ending,terdapat plot point 2 atau titik terendah, yaitu saat karakter mengalami hal yang berkebalikan dengan ending. Ending bisa berupa keberhasilan atau kegagalan. 

Seorang penulis skenario, biasanya memulai dari bagian plot point 1, lalu menentukan ending, plot point 2, mid point, point of attack, baru opening. Kurva cerita harus terus menanjak alias mencapai klimaks di akhir. Presentase middle harus selalu lebih besar. Ada yang mengatakan opening 25%, middle 50%, dan ending 25%. Ada juga yang memakai opening 20%, middle 60%, dan ending 20%. Yang pasti pada film pendek, semakin singkat opening, semakin baik.

Dan film pendek yang terakhir kami tonton siang tadi berjudul “Signs”. Aku sengaja request film yang bisa mengobati kesedihan setelah menonton “Sayangi Orang Tua Kita” sebelumnya. Film “Signs” dengan cerita romannya cukup membuat kami senyum-senyum.

Setelah film selesai diputar, kami harus menentukkan bagian-bagain tadi per adegan. Pembahasannya kemudian dirasa dipercepat karena waktu sholat Jum’at hampir tiba. 

Mas Pidi lalu mengakhiri workshop dengan permintaan maaf jika selama dua hari ini terdapat kesalahan dalam penyampaian materi. Aih, nggak koq, Mas. Insyallah ilmunya berguna banget. Nggak cuma buat nulis skenario, tadi juga buat mengembangkan ide tulisan yang lain.

“Deritanya setelah workshop ini mungkin kalian akan jadi kurang nikmat nonton film lagi karena sudah tahu pakem-pakemnya. Setelah ini pasti ini, lalu ini, terus ini. Haha..,” kelakar Mas Pidi. Ia berharap setelah ini semua tetap bisa saling terhubung dan melahirkan karya-karya baru agar tidak cuma jadi penonton.

Finally, let’s say: EXCATLY! :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar