Ia memanggil dari lubuk hati yang terdalam Kuingin selalu memimpikan mimpi yang indah Kesediahn tak akan pernah terhitung banyaknya, tapi Kuyakin akan bertemu engkau di seberang Setiap waktu manusia selalu mengulang kesalahan Mereka kenali birunya langit Sepertinya jalan tak akan berujung, tapi Tangan-tangan ini dapat menemukan cahaya hati yang sepi di kala berpisah Telinga mendengarkan ketika tubuh berubah menjadi nol Kehidupan itu misteri, Kematian pun misteri Bunga, angin, kota mereka semua sama Ia memanggil dari lubuk hati yang terdalam Mari selalu melukis mimpi-mimpi, berulang kali Daripada menghitung banyaknya duka Dengan bibir yang sama, mari kita nyanyikan lagu Bahkan dalam kenangan yang tersembunyi, mereka selalu ada Bisikan yang tak terlupakan Bahkan pada kepingan-kepingan cermin Pemandangan yang baru akan terpancarkan Jendela yang diam pada mulainya pagi Tubuh yang menjadi nol pun menjadi bahagia Aku tak akan mencari hingga melampaui lautan dari sekarang Yang (kucari, sesuatu yang) bercahaya (ternyata) selalu di sini Ia dapat kutemui dalam diriku sendiri...
If ever two were one Then surely becomes “we” That’s love The love is such that rivers can’t quench Nor ought, but love gives recompetence The love is such I can no repay The heaven rewards we manifuold, I pray Then while we live in love, Let’s so persever That when we live no more We may live ever
Apa yang telah kau lakukan padaku? Syarafku terus memproses namamu Wajahmu tepat mengena di fokus lensa mataku Impuls otakku terbelit radiasi solarismu Hingga hanya “Kamu, Kamu, dan Kamu” Yang tercerna enzim hatiku
Cintaku menembus satuan cahaya Ia bahkan lebih besar dari Avogadro
Kau nyata sempurna terpetakan dalam atomisasi cintaku Coz u’re “the one”
Meski dongeng telah lama sunyi Meski sang putri tak lagi lekat dengan pangeran Meski bunga-bunga tak lagi segar dikeramasi angin bukit pedesaan Dan meski pangeran tak lagi harus melawan naga api Demi menyelamatkan kerajaan Tapi di sini aku masih tertinggal dalam dongeng Yang ku bangun dari serpihan-serpihan mimpi.. Adakah kau tahu Sepenuh hati ku masih mengharapkan Seseorang menyempurnakan dongengku? Meski ku tidaklah tersekap di tembok tinggi istana Tapi ku yakin cinta mampu menjadi pembebas bagiku Untuk tertawa dan menangis bersama..
Ini tentang kita Kita yang berlari kecil mengarus angin Bumi berbatas angkasa Kita yang disapa kupu-kupu Dan menyunggi senyum Kita yang yang mendaki bukit melarikan tangis Kita yang menatap langit mengara bintang-bintang Lalu mengulas harap..
Ini tentang kita Kita yang menyepakati cinta Dan tak henti meniti mimpi..
dulu kita dibawa angin yang berbeda tapi kita bernafas dalam hawa yang sama kita mengarah langit yang berbeda tapi kita bersujud ke Wajah yang satu kita tertawa karena bahagia yang bebeda tapi kita menangis karena sama mencintaNya
kini saat kita telah dipertemukan dan disatukan oleh tanganNya maka berhentilah menghitung perbedaan karena akan tertemu juga persamaan cukuplah menimbang persamaan sebab kan terbendung pula oleh perbedaan
mengapa merutuk hujan yang membarengi mentari bukankah keduanya mampu bersinergi mencipta pelangi?
kikislah keraguanmu sebab rindu selalu mencari bentuk bagi kesetiaan demi cinta yang tertumbuh karena cintaNya I'll love u from my heart..
Itu pengakuan awalmu di your introducing SMS satu setengah bulan yang lalu, kemudian kau mengaku itu semua benar lima tahun lalu, sekarang kau tinggal menunggu wisudamu di Fak. Peternakan UGM. Dan ternyata aku sebenarnya telah lama mengenalmu. Dan…malam ini kamu “nembak” aku! Gila!!!
Plot takdir Tuhan memang benar-benar ajaib, bahkan untuk hal yang tak disangka sekalipun. Dan itu terjadi padaku! Amazing!
“Kalau kamu yakin itu baik untukmu dan dia, ya jalani saja. Mama tahu dia dari kecil dan Mama yakin dia akan baik untukmu. Sekarang terserah kamunya aja. Mama cuma pesan jangan sampai mempermainkan apalagi menyakiti hatinya juga hatimu sendiri. Dan yang paling penting itu ya.. sekolahmu. Jangan sampe macem-macem!” Ah, Mama…kata-katamu khas keibuan. Yes, Mom, I like him!
Love is composed of a single soul inhabiting two bodies. (Aristoteles)
“Kau butuh sebuah jawaban untuk pertanyaanmu?”
“Bagiku itu sebuah pernyataan.”
“Mmm…’
“Jika bagimu itu sebuah pertanyaan, lalu apa jawabanmu?”
“…yes, me too..”
“Just that?”
“Bisa kamu ulangi pernyataanmu? Aku ingin mendengarnyasekali lagi…”
“…….Setelah selama ini aku menanam perhatian, perasaaan, dan cinta, maka tak dapat aku pungkiri bahwa…aku suka kamu.. Maukah kamu menjadi pacarku?”
“……….”
“Lalu jawabanmu?”
“Ya.”
“Ya?”
“Ya!”
“Makasih. Aku bahagia banget.”
Oh my God, I accept him by phone tonight!
Remember that tonight is ours. 18-11-2008, is nice date, isn’t?
Q akn m’lingkari tgl ni as “ our date” in my calendar n m’nguncinya d’dlm htQ. Will u do same?
Sent to: Mas Dwi
+6281227048xxx
21:32:00
18/11/2008
Q iri tmn2Q pd d’dmpngi some1 special mrka d’wisuda’y hr ni. Andai u bs d’sni…
Sender: Mas Dwi
+6281227048xxx
07:01:07
19/11/2008
SEMANGAT! Ckup ht Qt yg 1. Q akn m’doakn u dr sni. SUKSES!
Sent to: Mas Dwi
+6281227048xxx
07:05:07
19/11/2008
“Aku Sabtu pulang. Kita ketemu ya..?”
“Langsung?”
“Ya.”
Di gerbang sekolah kau menjemputku. Penat karena menunggumu yang sedikit telat langsung menguap.
My price comes!
Selama aku masih bisa bernafas, masih sanggup berjalan, ku kan slalu memujamu, meski ku tak tahu lagi, engkau ada di mana dengarkan aku,ku merindukanmu..
Its our memorable song, isn’t?
“Besok sebelum aku balik lagi ke Yogya, aku ada sesuatu untukmu..”
Esoknya..
“Ini jaga baik-baik ya…”
Diary...
“Makasih.”
“Aku ingin kau membagi semua perasaanmu di sini. Aku pergi dulu.”
“Ati-ati”
Don’t you know that I was fight my heart to save my tears?
ketika senja berwudhu dengan butiran hujan laut menyapa pantai dengan takbir kerinduan doaku diterbangkan angin ke wajah ketaqwaan sampai di sini, aku hanyalah hamba yang memasrahkan segala Allah ya Malik, ya Ghofar..
jangan takut menangis, dik di sini cinta sedia menguatkanmu tumbuhlah engkau dengan cahaya di sini bunda setia menjaga melngkahlah engkau setegas kejora di sini ayah teguh berdoa bercelotehlah tentang mimpimu, dik di sini kakak akan mempuisikannya..
ialah lapang cahaya dengan pilar-pilar magfirah berjejal amal dan tasbih dosa-dosa yang terpinggirkan aku membaur umat dengan selafadz sukacita marhaban ya ramadhan..
sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelasakan panjang lebar namun jika cinta kudatangi aku jadi malu pada keteranganku sendiri meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang sementara pena terlalu tergesa-gesa menuliskannya kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya bagaikan keledai terbaring dalam lumpur cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan..
malam masih mengkeramasi diri dengan bintang ketika mimpi masih terjalin rapi manusia apa yang menyeru-nyeru membangunkan seperti hantu memaksa berbekal di subuh dini ah, ramadhan yang sahaja..
Kemiskinan. Kemiskinan seperti apa yang akan kita terjemahkan?
Kemiskinan dari kacamata kaum gedongan, pemerintah atau ungkap “si miskin” itu sendiri? Mari mengungkap fakta dari “semua pelaku”.
Kemiskinan di Indonesia saat ini akrab dengan deskripsi makin melemahnya daya beli masyarakat akibat lonjakan harga kebutuhan yang meroket, serta dilema lawas pengngangguran, kependudukan dan pemukiman, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang selalu jauh dari kata “layak”.
Kemiskinan ditafsirkan dalam bahasa apa pun bukanlah diksi yang tepat untuk ditautkan pada kandungan kekayaan alam Indonesia. Meski begitu pertanyaan mudah seperti, “kenapa banyak orang miskin di Indonesia” pun sampai saat ini belum mampu terjawab dengan klimaks.
Distorsi paham yang menyatakan Indonesia sebagai negara kaya namun rakyatnya masih dibebani kemiskinan pada kenyataannya, patut dijadikan refleksi dari carut-marutnya penangananSDM dan SDA Indonesia. Kemiskinan hanyalah salah satu dari banyak efek sampingnya saja.
Fakta terungkap: seratus tahun melawan kemiskinan, Indonesia cenderung masih menggunakan cara lama, Politik Etis.
BLT, Raskin, BOS adalah jiplakan dari sistem balas budi Belanda terhadap bangsa Indonesia. Merasa telah ‘diperkaya’ oleh kekayaan alam dan rakyat Indonesia, Belanda (yang notabene adalah penjajah) merasa perlu untuk membalas budi lewat kerja sampingan Politik Etis. Dan pemerintah secara terang-terangan menjiplak sistem kuno tersebut.
Serendah itukah pengembalian pemerintah lewat kebijakan “tetesannya” terhadap rakyat?
Tampaknya saja yang niat baik untuk membantu rakyat, tetapi justru menciptakan tumpukan masalah baru masih dengan tema kemiskinan: kemiskinan moral. Selain itu pemerintah dalam mengusahakan kesejahtaraan rakyat masih mengacu pada makna pertumbuhan bukan pemerataan. Akibatnya ditemui subjek dan objek yang melambung di atas tapi lebih banyak yang semakin merosot ke bawah taraf hidup dan kesejahteraanya.
Mengakrabi rakyat dengan kebijakan-kebijakan berjudul bantuan justru akan mempengaruhi pola pikir sekaligus pola sikap masyarakat menjadi cenderung manja, malas, dan ketergantungan pada pemerintah. Dulu orang saling berlomba unjuk kekayaan, sekarang justru kebalikannya mereka berdebat “akulah si miskin” sekedar merasa pantas mendapatkan hujan bantuan dari pemerintah. Namun, setelah itu ketika ada kasus kebijakan pemerintah yang dirasakan memberatkan, mereka lekas menjadi begitu agresif dan depresif dalam menyikapinya. Jika dibiarkan berlaru-larut hal ini tentu akan menjadi dilematik besar bagi kondisi psikologis dan karakter rakyat sekaligus pemerintah. Terpkirkan suatu solusi baru yang lebih ampuh dari sekedar membudayakan “kebijakan kaget” yang hanya akan semakin menyengsarakan rakyat? Sudah saatnya kita memikirkan kebijakan dengan nilai efektifitas yang lebih tinggi, tepat, adil dan yang terpenting adalah menonjolkan kesejahteraan dan kemerataan sosial bukan “terapi kembang api”.
Jika masalah kemiskinan yang belum kunjung terselesaikan digelontori masalah baru: krisis pangan dan energi, berapa banyak kata “miskin” yang akan dipredikatkan kepada kita?
Menegaskan bahwa kemiskinan dilakoni dua “pelaku”: pemerintah dan rakyat, solusi yang dapat diajukan adalah: optimalisasi pemungutan pajak, penghematan belanja pemerintah dan lembaga-lembaga negara, penghematan PLN, penghematan bagian dari laba BUMN 2007, penghematan energi jangka panjang, dan yang terfokus adalah pemberantasan korupsi. Korupsi tak ubahnya benih kemiskinan dan koruptor tak lebih dari “si termiskin” yang kenyang karena melaparkan saudara-saudara miskinnya sendiri.
Tersebut adalah langkah yang dapat dijadikan cermin pemerintah sendiri dalam menyikapi kemiskinan rakyat. Yang jika kesemuanya dapat dialirkan dengan bijaksana kepada rakyat dalam bentuk realisasi perbaikan dan pengembangan mutu pendidikan, kesehatan serta ekonomi rakyat, tentu akan lebih tepat daripada sekedar “bagi-bagi uang” untuk menyenangkan sesaat hati rakyat.
Dari rakyat, yang diharapkan adalah kemandirian dan kedisiplinan dengan tanpa kebanggaan menjadi benalu bagi pemerintah. Sektor pertanian, pertambangan, dan kebudayaan adalah lahan garapan potensial jika mampu dikelola dengan cerdas. Pemerintah kembali dituntut untuk total dan serius memfasilitasinya, yaitu dengan turut berani dan disiplin membuka pintu bagi kecerdasan berpikir dan mengolahnya..
Memaknai 100 tahun kebangkitan nasional, 10 tahun reformasi, 63 tahun kemerdekaan, sekaligus menyongsong Pemilu 2009, mari menjadi penutup dari alinea-alinea minor tentang kemiskinan negeri. Lekas mengawali narasi baru dengan diksi-siksi indah pilihan: maju dan sejahtera.
aku mengerti akanmu tentang bintang tentang malam semua sama terang tinggallah aku dalam kelam ketika tanpa kata kau melangkah ku anggap bahasa kepergian sebuah janji tuk kembali sebuah pinta tuk percaya
langit berderai akan cinta laksana doa mengutus kaki-kaki hujan menapaki kerinduan bumi di sini aku terpagut menyepi dalam bintang bintang benderang tak pernah sekeruh hatiku mengapa aku harus mengenal cinta bila malam tetap bisu tak menyuarakan cerita
mematut diri di cermin beriak berlagu membisu bayang tak mengerti sesal hati jikalau bulan bisa ternama karena sinarnya tak beda aku yang merindukannya..
aku jumpa malamku di buang sepi ketika sajak tak lagi terbaca cinta terlampau berharga dan cahaya tak cukup membuka mata aku meragu pada langit dan pelangi tapi tidak pada nafasku yang tetap ku alirkan doa padaNya
di kesetian rumput pada angin di percintaan perdu dan kicau burung di kerinduan bumi pada hujan aku berpuisi tentang cinta cinta yang menjadi alasan cinta matiku padaNya
ketika mega menguning senja sinar pun habis terkikis gelap habis bersama datang malam lalu hilang.. berarak bulan di baris bintang impian jatuh.. berkawan bumi tersenyum janji mengulas harap sebuah pinta kecil semoga cinta memanggil
dalam genggam masa kita bersama mencoba merangkai hari mengukir cita merajut asa menjalin canda meracik makna meski kadang.. menggores luka menoreh dusta menggurat tanya namun, semoga.. persahabatan tetap laksana
menyaksikan kibaran langit melepas hujan menyiarkan kerinduan aku masih di sini dalam rengkuh damai bumi belum juga mampu jangkau pelangi mencermini diri dalam genang kenangan dan harapan..
dengan seruan nafas-nafas kecilku aku menyeruak waktu mengitari tanah lahirku berteduh daalm laut biru berlari-lari dalam hujan menari-nari dalam terang bahagia kala itu saat beban belum tersandang saat mimpi adalah mainan ah, mengingatnya membuatku lemah serasa ingin kembali ke masa itu kini aku hidup dalam masaku saat semua terasa begitu cepat aku pun harus tetap hidup dalam masaku sekarang ini
maybe, in another time you might hear me above the din of crowd's approval the tiny little song beneath the roar perhaps in other place you may see me out there beyond the glaring footlights shining bright and true here I am..just me..my self nothing to hide, no games to play perhaps if I know the rules the dance..the script someday in a warmer space.. you will feel me as other clamer to touch your robe I'll be in the wings
cinta itu seperti air jika mendidih dalam nyala harapan ia akan terbang dan menguap bersama awan kembali sebagai kasih yang menhujani setiap hati-hati fakir manusia menjadi bingkisan bahagia tak terkira mencintai itu seperi menanam perasaan suatu waktu memetik tapi jika tak ada apa pun yang kau petik tak usah berhenti jadi petani anggap ini kali sekedar panen gagal sebab musim kemarau
gerimis mengendap di setapak malam yang panjang lengang senyap membentang sekujur langit kuyup bintang mengigil dalam dingin kerlipnya angin mendesah kosong harapan membisu gerimis mengisyaratkan tak ada cinta malam ini
aku pilu, ucap cinta tapi rindu terus saja berlagu mengiring burung burung melukis senja akulah rahwana pekik sajak pada cuaca ditulisnya dalih-dalih pedih bagi sejarah dan airmata untuk menyobek nama-nama masih terdengar pekik indrajit dan dengkur kumbarakarna saat ajal tiba aku pilu, ucap cinta tapi rindu terus saja menderu kala berlaksa wanara tiba menerpa nadi peristiwa cinta itupun menjelma sinta bagai mimpi merka bersama kobaran api
dengan puisi aku bernyanyi hingga senja umurku nanti dengan puisi aku bercinta berbatas cakrawala dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejam mengiris juga puisi aku mengutuk nafas zaman yang busuk dengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya...
perempuan kemarin adalah pelayan yang bahagia tetapi perempuan hari ini adalah nyonya yang yang nestapa di masa lampau, perempuan berjalan dengan mata buta di bawah terik matahari tetapi kini ia berjalan dengan mata terbuka di dalam kegelapan dia cantik dalam ketidaktahuaanya, luhur dalam kesederhanaannya, kuat dalam kelemahannya perempuan masa kini menjadi kasar dalam kecerdikannya, dangkal dalam perangainya, tak berperasaan dalam pengetahuannya akankah tiba saatnya dimana kecantikan dan pengetahuan, kecerdasan, dan keluhuran hati, kelembutan jasmani dan keperkasaan jiwa menyatu dalam diri wanita?
keindahan adalah bahasa abadi yang dinyanyikan manusia dan menjadikannya sebagai perasaan sunyi laksana sebuah telaga tenang yang mengajak anak sungai mengalir ke dalamnya keindahan adalah misteri yang hanya dapat dipahami oleh jiwa kita yang menghiasi kebahagiaan di dalam kalbu sedangkan akal sehat tertegun kebingungan di hadapan keindahan itu akal kita berusaha untuk memberikan batasan, memberikan bentuk dengan kata-kata, tetapi tidak mampu keindahan adalah aliran yang tak terlihat oleh mata, bergejolak di antara orang yang menatap maupun orang yang dilihatnya keindahan yang sesungguhnya adalah sinar yang memancar dari jiwa-jiwa yang paling suci yang menyinari keadaan di luar jasad laksana kehidupan yang muncul dari kedalaman bumi, memberikan warna-warni pada bunga keindahan adalah keserasian menyeluruh antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang diselesaikan dalam satu lirikan dan dengan satu lirikan itu akan lahir keinginan-keinginan yang merupakan inti dari sebuah keinginan, yaitu CINTA jiwaku tak mampu menggapai puncak pengetahuan hingga cinta menyapa membuka pintu-pintunya serta menerangi sudut-sudutnya cinta telah membebaskan lidahku hingga ku fasih berbicara cinta telah merobek kelopak mataku hingga ku bisa menangis pun cinta telah membuang sakit di leherku hingga ku bisa mengeluh dan mendesah masa muda memiliki sayap-sayap yang helai-helainya adalh syair dan uratnya adalah prasangka sayap itu akan membawa pemuda terbang ke balik awan menyaksikan alam yang diselimuti sinar penuh warna mereka akan mendengar alunan simphony keagungan dan kemuliaan akan tetapi sayap-sayap syair itu akan segera dipatahkan oleh badai kenyataan hingga ia akan jatuh ke dunia nyata dunia nyata adalah cermin aneh yang membuat seseorang akan menyaksikan dirinya semakin kecil dan buruk
waktuku adalah ceceran puisi cinta yang kutulis dengan bahasa perasaan aku tunjukkan untuk Sang Penggenggam Hati juga orang-orang yang telah mewariskan cerita padaku bait-bait cinta, harapan, dan luka kian memberi arti sajak-sajakku yang riuh menyiarkan kisahku, anak manusia yang baru belajar menata nafas hidup di titian waktuku, aku panjatkan selarik pinta abadi tentang kemanfaatan hidup guna memakanai setiap jumput udara yang kuhirup leluasa dariNya, untukNya
tuhan, hamba adalah pemabuk yang memecahkan cawan anggur hamba tuhan, hamba adalah penjahat yang meratapi jarahan hamba dan tuhan, hamba adalah terhina yang mengamini cercaan untuk hamba hamba begitu nista, tuhan namun, hamba tak pernah lupa pada cinta yang menghidupkan hamba hamba merasa malu ketika setiap kali hamba terjebak cela dan dosa dan hamba rentan akannya bimbing hamba tuhan hamba adalah kelana papa dihamparan cintaMu
angin yang mengusik birunya langitku, tempatku berkisah tentang matahari pujaanku menyadarkanku dari kesilauan cahaya yang tak sangka membutakan mata betapa aku telah melambung jauh tinggi ke luasan Bimasakti, kala bintang membuangku kembali ke tanah untuk asal dan akhirku di sini aku si 'pecandu bual' yang gemar berkhayal apa hargaku ketika puisi-puisi, sajak-sajak, lagu-lagu duniawi pun tak lagi sudi menampung tetes air mataku? aku terlalu hina tuk serta dalam istana cinta dan kebahagiaan yang pernah kuimpikan sekedar terasnya aku si jelata penuh dosa kaya cela hanya lapang ampunnaNya yang mampu selamatkan dahagaku
kesedihanku tak berarti apapun untukmu kau tak tahu dan tak akan pernah tahu air mataku malamku yang rapuh mengapaimu sujudku yang dalam akan doa untukmu kau tak perlu tahu aku bersungguh pada rinduku tapi tak jua kutemu telaga dimatamu untukku tak guna rasanya ku menawar harap aku hanyutkan saja gelisahku pada 'percintaan sepertiga malam' tak perlu kau rutuki kekalahanku, bintang terangi saja jiwa dan jasad sucinya agar terhangatkan cintanya yang memang bukan untukku
hidup bukanlah perkara eksak yang yang harus diselesaiakn setumpuk teori dan rumus mati kita tak akan bisa menguadratkan garis hidup dengan variabel perbandingan apa pun karena setiap dari kita punya arah tersendiri kita taka akan bisa mengkristalisasikan dan menyamakan persamaan reaksi atas laku kita karena kita punya jalan yang berbeda kita tak boleh terpaku pada sajak bahagia atau puisi kesedihan belaka sebab kita telah punya plotcerita rahasia tapi ketahuilah kita ada dan berbeda karena kita untuk bersama satu dalam cintaNya...
kebahagiaan yang ku tulis adalah tentang pengharapan dalam yang dalam dasarnya aku tanamkan cita-cita akan keabadian agar kebahagiaanku tak habis saat kubagi tapi menjadi serbuk-serbuk pelangi yang akan mewarnai hariku
malam serupa siang yang bercermin padabayang-bayangnya tak kan pernah kau ketahui gelapnya, jika tak pernah kau dibakar siang begitu juga apa yang kau bicarakan tentang kebahaiaan kau tak kan mengecap manisnya jika belum kau rasa getir bukit-bukitnya hingga kau capai puncaknya dan berseru 'tuhan hidup sebagai keindahan dalam hati dan mataku' namun terkadang kita berpikir untuk mereguk lebih ari apa yang sebenarnya telah cukup menjatuhkan diri ke dalam kawah yang kita dakwa sebagai sungai yang akan membawa kita ke laut, muara dari segala nafsu dan kesenangan namun sesungguhnya pengharapan pelayaran itu hanya akan menenggelamkanmu tak akan menghadiahimu harta karun apa pun
cinta adalah kebahagiaan yang tercurah dari hujan dan pelangiNya yang menjanjikan kehidupan bagi yang hidup dan mati lalu kau tampung tiap tetesnya dalam cangkir-cangkir mungilmu seumpama hati yang kerdil dan setia dan bila cangkirmu retak itu artinya kau dikehendaki tuk berbagi dan tumpahkan saja semampu isi cangkirmu jangan takut kehausan sesungguhnya kau menyantuni hati-hati fakir yang kemudian bernyanyi dan menyalakan lilin dalam hatimu makin bersahajalah kebahagiaanmu
cinta adalah sayap bagi malaikat-malaikat pembawa kebahagian melewati bintang dan purnama ia pun akan mengunjungimu dengan senyum terbaiknya