Aku menulis lagi, Sayang
Kunamai puisi
Meski tak tentu berisi
Ah, biasa saja
Bukankah kepala-kepala picis lebih geger di negeri ini?
Sayang, apa kabar rindumu?
Lama tak kau dengung
Saya (jadi) prihatin
Sepertinya kau terlalu sibuk dengan urusan internal
Ah, kamu kan bukan presiden
Apa kabar janjimu, Sayang?
Aku tak mau merelokasikan hati
Tapi menunggu terlalu lama juga bikin sakit hati
Ah, masa aku turun ke jalan menuntut kepastian?
Para korban luapan saja masih mempertanyakan
Jadi bagaimana, Sayang?
Aku tak mungkin mengkorupsikan perasaaan ini, sungguh
Aku tak cukup punya nominal untuk memenangkan kasasi
jika aku kau perkarakan
Pun membayar rumah sakit jika ternyata aku butuh perawatan
Ah, apa hatimu juga sudah ikut kapitalis?
Kapan kamu pulang, Sayang?
Kita berbicara dan berdoa tentang negeri
dan hati kita lagi
Ah, aku sudah tak sabar lebaran datang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar